2015/04/23

Kyoto -Bagian 1-


Senin, 10 Nopember 2014

Kali ini saya akan berbagi pengalaman jalan-jalan di Kyoto. Darmawisata Kyoto kali ini merupakan bagian dari program kenshu saya selama di Jepang. Kali ini kami para perserta program kenshu akan pergi ke 2 tempat wisata terkenal di Kyotoyang sudah mendunia, dan membuat kue tradisional Jepang(wagashidzukuri). Oke, tanpa basa-basi panjang lebar lagi...

Fushimi Inari Taisha

Kami rombongan peserta program asal Indonesia berangkat dari Kansai Center pukul 7.40 pagi menggunakan bus khusus menuju Kyoto. Kami dijadwalkan untuk sampai ke tempat pertama(Fushimi Inari Taisha) pada pukul 9.45 pagi. Dan benar saja, masih pukul 9.30 pagi kami sudah sampai di tempat tujuan. Orang Jepang sangat tepat dan menghargai waktu.

Kami langsung disambut oleh gaido-san(guide) yang membawa bendera momiji tidak jauh dari lokasi wisata. Sekitar 15 menit kami berjalan menuju lokasi wisata menelusuri perumahan dan toko oleh-oleh khas Kyoto.

sudut pertokoan di sekitar kuil

Sekedar informasi, Fushimi Inari Taisha(伏見稲荷大社) adalah salah satu dari 30.000 kuil Shinto di Jepang yang memuja Dewa Inari(お稲荷さんo- inari-san) dan merupakan kuil utamanya. Dewa Inari sendiri adalah Dewa kesuburan panen, bisnis, ketentraman keluarga, dan pengabul permintaan. Dewa Inari sering digambarkan dan diidentikkan dengan hewan rubah.

Kami sampai di pintu masuk kuil, terasa sangat megah dan sakral sekali di tempat ini. Dihiasi dengan ornamen yang didominasi warna merah, di kanan dan kiri pintu masuk terdapat patung rubah penjaga yang masing-masing menggigit bola dan kunci yang melambangakan kelancaran bisnis serta kesuburan panen.

pintu masuk utama di kuil



salah satu sudut di pintu masuk utama

Seperti pada kuil Shinto pada umumnya, di depan pintu masuk pasti dijumpai okiyome(お清め). Setiap orang yang datang baik beribadah dan alasan lainnya disarankan untuk menyucikan diri di tempat ini, mirip seperti fungsi berwuddhu dalam Islam. Caranya pun mudah, cukup ambil air menggunakan gayung kecil(shaku) dan membasuh tangan kanan, kiri, mulut(boleh iya boleh tidak), setelah itu mengalirkan air ke gagang dan selesai.

bewudhu(bukan!)


ema(papan permohonan doa) berbentuk rubah yang digantung di kuil ini

Kami mulai menjelajahi bagian kuil satu-persatu, tampak begitu indah. Ada tempat menarik di kuil ini yang patut dicoba, yaitu Omokaru ishi. Yaitu 2 buah batu yang apabila orang yang mengangkatnya tepat sesuai yang dibayangkannya(ringan atau berat) maka keinginannya dapat terkabul. 

mencoba peruntungan di omokaru-ishi

Lalu ini dia daya tarik di kuil ini, senbondorii(千本鳥居). Kalau yang pernah nonton film Memiors of a Geisha pasti tidak asing dengan yang satu ini, disini tempat si Sayuri kecil berlari sepanjang jalan ini. Senbondorii adalah jalan bercabang 2 sepanjang kurang lebih 300 meter yang dihiasi oleh barisan ribuan torii(鳥居 = gerbang merah). Torii-torii ini merupakan kebiasaan orang Jepang dulu, yang apabila ingin perusahaannya sukses maka berdoa dan membangun sebuah torii di kuil ini.


salah satu bagian ujung di senbondorii

suasana di dalamnya


tampak dari bawah

Selengkapnya tentang Fushimi Inari Taisha bisa dilihat di sini.

Setelah kurang lebih 1 jam kami berkeliling di kuil ini, kami meneruskan perjalanan menuju tempat berikutnya. Kami melintasi stasiun Kyoto yang tepat didepannya merupakan landmark kota Kyoto, Kyoto Tower. Menara ini sangat unik bentuknya, desainnya menyerupai bangunan yang ada di film fiksi antariksa di masa depan. Terlihat sangat kontras dengan bangunan lainnya yang lebih terasa kesan gaya baratnya.

sudut kota Kyoto, bersih dan rapih


Kyoto Tower, diseberang Stasiun Kyoto

owas orang jelek mau nampang

Kiyomizudera

Kami sampai di tempat kedua, Kiyomizudera pada pukul 12.45 siang. Kami harus berjalan kaki melewati jalan menanjak untuk menuju bangunan Vihara yang terletak di atas bukit(atau gunung?). Disepanjang jalan ini tentu saja banyak ditemui berbagai macam toko oleh-oleh, baju tradisional Jepang dan pernak pernik lainnya. Membuat mata saya hijau jadinya.


sando no ryowaki, jalan menanjak menuju Kiyomizudera

Sesampainya di pintu masuk kuil, ramai sekali dipadati oleh wisatawan. Pantas saja, pemandangan alam di sekitar Kiyomizudera memang sangat indah dan memukau. Di tempat ini juga dijumpai shishi(獅子) yaitu 2 patung anjing-singa penjaga Vihara. Pada umumnya mulut shishi yang satu terbuka dan yang satunya tertutup, namun di Vihara ini keduanya terbuka. Mungkin lapar...

gerbang masuk utama vihara



sudut lainnya di gerbang masuk utama

Informasi lagi, Kiyomizudera(清水寺) adalah Vihara Buddha yang dibangun pada tahun 778 dan menjadi warisan budaya(world heritage). Dengan tinggi sekitar 13 meter, salah satu daya tariknya yaitu panggung(舞台butai) tempat dilangsungkannya tarian pemujaan. Panggung ini disangga oleh 18 tiang kayu dengan tidak menggunakan paku satupun, hanya dengan cara penyambungan tradisional.
sudut terbaik Kiyomizudera dengan latar kota Kyoto dan Kyoto Tower

tampak dari bawah vihara

pemandangan dari atas vihara


Dahulu kala ada mitos yang menerangkan bahwa siapa saja yang dapat selamat terjun bebas dari panggung ini maka keinginannya akan terkabul. Sejak saat itu banyak orang yang mencoba keberuntungannya dengan melompat dari panggung ini, meskipun kenyataannya banyak yang tidak selamat(iyalah). Dan taman dibawah kuil ini terdapat banyak makam orang-orang yang tidak beruntung.(=_=) Karena kebiasaan ini ada pepatah kuno Jepang yang artinya kurang lebih berani menghadapi segala macam masalah/berani mengambil resiko. CMIIW
清水舞台から飛び降り kiyomizu butai kara tobiori
Di Vihara ini kita juga bisa mencoba kekuatan kita dengan mengangkat tombak besi raksasa sandal besi yang dulunya dipercaya milik Benkei, tokoh di Jepang yang terkenal akan kekuatannya. Konon katanya laki-laki yang bisa mengangkat tombak dan memakai sandal ini merupakan laki-laki paling kuat sedunia. Hmm, memikirkan pergi ke mana-mana menggunakan sandal seperti ini saja sudah capai rasanya.


nggak kuat lah

Selanjutnya saya akan menunjukkan tempat paling terkenal di Vihara ini. Otowa no Taki(音羽の滝) yang merupakan mata air(ada yang menyebutnya air terjun) suci di tempat ini. Disebut Kiyomizudera karena mata air ini(kiyomizu = air suci, tera/dera = vihara). Mata air ini memancarkan 3 pancuran, yang dipercaya jika meminum salah satunya akan mendapat manfaatnya. Dari kiri ke kanan, pengetahuan-asmara-umur panjang. Namun jika kita serakah ingin meminum 2 atau sekaligus maka kita tidak akan mendapat apa-apa. (kembung)


tampak puluhan orang mengantri

Tepat di bagian belakang Kiyomizudera terdapat Jishu Jinja(地主神社), merupakan kuil Shinto yang terkenal sebagai kuil pernikahan dan asmara. Di kuil ini banyak pasangan yang menuliskan namanya di kuil agar pernikahannya langgeng. Tempat menarik di kuil asmara ini adalah koi uranai no ishi(恋占いの石), yang merupakan 2 buah batu berjarak kurang lebih 10 meter. Katanya jika kita berjalan sambil menutup mata dari satu batu ke batu lainnya, jika berhasil maka keinginan yang berhubungan dengan asmara akan terkabul.


kuil cinta...makan tuh cinta


Selengkapnya tentang Kiyomizudera bisa dilihat di sini.

Wagashidzukuri

Setelah 2 jam lebih kami berkeliling Kiyomizudera dan sekitarnya, dan kaki saya sudah benar-benar pegal. 2 tempat ini benar-benar luas dan menguras banyak tenaga untuk berjalan kaki. Kami berangkat menuju tempat terakhir yaitu Kanshundo(甘春堂). Kanshundo sendiri adalah salah satu pabrik pembuatan kue tradisional Jepang(和菓子wagashi) yang terkenal di Kyoto dan juga museum wagashi. 


Kanshundo, tempat pembuatan kyogashi, wagashi khas Kyoto 

Wagashi sendiri biasa menjadi teman minum teh hijau(抹茶matcha) di Jepang pada zaman Edo masa Genroku(1688-1704). Pada saat itu mulai dibuatnya kue manju, rakugan, yokan dan banyak lagi jenis wagashi dengan teknik pembuatan dan bahan-bahan yang beraneka ragam pula. Wagashi pada umumnya memiliki rasa manis dan cocok dipadukan dengan teh hijau yang terkenal pahit. Wagashi umumnya dibuat dengan tangan, meskipun sekarang banyak dijumpai dengan bantuan mesin. Namun tetap pembuatan wagashi terbaik memiliki seni tersendiri.

berbagai macam jenis kyogashi, sanggupkah memakan makhluk tidak berdosa ini?

Kali ini kami belajar membuat 4 macam wagashi, kimamori(木守り), momiji(紅葉), kyo-arashiyama(京嵐山), dan kinton(金団). Dipandu oleh pakar pembuat wagashi langsung, kami secara telaten membuat wagashi. Bahan-bahannya umumnya dari anzu(杏子 = kacang merah) dan tepung beras, mirip seperti kue mochi tapi liat seperti lilin malam mainan anak TK.


Kyogashi jenis kinton


kimamori, momiji, dan kyoarashiyama

Setelah kami semua berhasil(?) membuat wagashi dengan bentuk masing-masing pula, kami diberikan matcha dan bisa makan wagashi buatan sendiri.




hayo tebak mana saya?

Selengkapnya tentang Kanshundo dan wagashi bisa dilihat di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar