Jalan-jalan hari ini merupakan hari yang panjang. Kami
akan pergi ke Kyoto untuk kedua kalinya, mengingat begitu banyak objek wisata
menarik di Kyoto. Rombongan peserta kenshuu
pun sudah diminta sebelumnya untuk mempersiapkan dengan baik untuk hari ini,
karena benar-benar akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan. Langsung kita
mulai dari sini:
Kinkaku Rokuon-Ji
batu peringatan peresmian Kinkakuji sebagai warisan dunia
Taman dan Kinkakuji sebagai pusatnya, menggambarkan
tanah suci Buddha di dunia. Kinkakuji berfungsi sebagai villa peristirahatan
untuk kaisar Gokomatsu, anggota pemerintah dan kaum bangsawan pada masa itu. Setelah
kematian Yoshimitsu, atas perintahnya, Kinkakuji berubah fungsi menjadi kuil
oleh Biksu Muso-Kokushi. Dan nama Rokuon-ji, merupakan penghormatan kepada
Yoshimitsu yang pergi ke dunia selanjutnya, Rokuon-in-den.
Pada tahun 1950, seorang Biksu yang diduga gila mencoba bunuh diri dengan membakar Kinkakuji, dan akhirnya habis terbakar. Kejadian ini diangkat menjadi novel “Kinkakuji” oleh Mishima yukio. Bangunan Kinkakuji dibangun kembali sesuai bentuk aslinya pada tahun 1955 dengan lantai 2 dan 3 dilapis emas murni dengan hiasan patung burung phoenix emas.
Pada tahun 1950, seorang Biksu yang diduga gila mencoba bunuh diri dengan membakar Kinkakuji, dan akhirnya habis terbakar. Kejadian ini diangkat menjadi novel “Kinkakuji” oleh Mishima yukio. Bangunan Kinkakuji dibangun kembali sesuai bentuk aslinya pada tahun 1955 dengan lantai 2 dan 3 dilapis emas murni dengan hiasan patung burung phoenix emas.
Rombongan bus sampai pukul 10 pagi di Kinkakuji. Kami
langsung menuju area taman dan Kinkakuji sendiri, terlihat banyak wisatawan
terutama rombongan anak sekolahan memadati objek wisata ini. Di sepanjang area
taman ditumbuhi berbagai pohon maple yang daunnya sudah berubah menjadi merah(紅葉kouyou/momiji). Sunguh pemandangan yang membuat mata terpana
karena tempat ini memang terkenal dengan momijinya ketika musim gugur tiba.
momiji di taman Kinkaku-Ji
Setelah puas melihat keindahan Kinkakuji, kami
berkeliling sekitar taman dengan barisan pohon yang daunnya seperti api yang
menyala-nyala. Ada spot yang menarik untuk dilihat di taman ini, patung jizo dan batu dengan lubang ditengahnya, berbentuk seperti kolam kecil. Banyak wisatwan yang
mencoba peruntungannya dengan melemparkan beberapa koin logam kedalam lubang. Konon
katanya jika masuk kedalam lubang, makan akan ada hal baik yang akan terjadi.
Ada juga tanaman bonsai
yang terletak di kediaman Biksu yang tidak jauh dari Kinkakuji. Tanaman bonsai yang sudah berumur 600 tahun yang dibentuk sedemikian seperti perahu perang.
apa terlihat seperti kapal perang?
Selengkapnya tentang Rokuon Kinkaku-Ji bisa dilihat
di sini (bahasa Jepang).
Universitas Ritsumeikan
Setelah puas berjalan-jalan di Kinkakuji, saatnya
pergi ke tempat yang dapat memperdalam kemampuan berbahasa Jepang
kami(haaah...). Kami menuju tempat berikutnya yaitu Universitas Ritsumeikan,
jaraknya tidak terlalu jauh dari Kinkakuji, sekitar 20 menit kami sudah sampai
di universitas yang terkenal di Kyoto ini.
kampus yang terkenal dengan jam besarnya
Universitas Ritsumeikan telah berdiri sekitar 100
tahun yang lalu. Merupakan universitas negeri dan memiliki hubungan kerjasama
yang terus terjalin dengan 60 Negara, dan 400 universitas top di seluruh dunia.
Indonesia juga termasuk Negara dengan banyak universitas yang menjalin
kerjasama dengan Universitas Ritsumeikan. Hal ini menjadikan Universitas
Ritsumeikan menjadi incaran bagi mahasiswa Indonesia yang ingin meneruskan
pendidikannya di negeri sakura baik dengan program beasiswa ataupun jalur
lainnya.
Tujuan kami datang ke universitas ini tidak lain
tidak bukan adalah untuk program pertukaran(kouryuu)
dan wawancara. Kami sampai di sana pukul 11 siang dan disambut oleh para
mahasiswa yang akan menjadi rekan wawancara dan yang akan mengajak kami
berkeliling di dalam kampus.
sudut terkenal di bangunan kampus Universitas Ritsumeikan
Setelah istirahat dan makan siang di kantin kampus
bersama para mahasiswa, kami menuju tempat dilangsungkannya wawancara. Tidak
seperti wawancara sebelumnya dimana kelompok saya sangat gugup, pada wawancara
ke-3 kalinya ini terasa benar-benar lancar. Mungkin karena kami yang sudah
terbiasa dengan metode wawancara ini. Mohon maaf karena wawancara kali ini saya
tidak memiliki foto saat wawancara.
Informasi selengkapnya tentang Universitas
Ritsumeikan bisa dilihat di websitenya langsung di sini.
Tidak Membeli Oleh-oleh Sama Sekali
Setelah wawancara di Universitas Ritsumeikan
selesai, tidak lengkap rasanya jika berkeliling tanpa mengunjungi tempat
oleh-oleh sama sekali. Jam 4 sore rombongan bus berhenti sebentar di salah satu
pusat oleh-oleh khas Kyoto, pasar Nishiki dan jalan Shinkyogoku yang berada di
seberang kantor walikota(市役所shiyakusho)
Kyoto. 2 tempat ini merupakan jalan komplek pertokoan yang sudah ada sejak 400
tahun yang lalu. Toko-toko disini menjual berbagai macam oleh-oleh khas Kyoto
seperti acar kyoto(kyo-tsukemono),
manisan, yatsuhashi, pernak pernik
seperti kipas tradisional, sumpit, dan lainnya.
suasana di shinkyogoku-doori, (not mine)
yatsuhashi dan Kyo-tsukemono(acar Kyoto)
Pertunjukan Noh dan Kyogen
Sore itu, pukul 6 Kyoto sudah berubah menjadi kota
malam. Lampu-lampu jalan dan taman kota sudah menyala dengan membawa nuansa
romantis. Namun tidak dengan rombongan kami, dengan wajah lelah dan kaki
pegal-pegal menghiasi perjalanan kami menuju tempat terakhir jalan-jalan kyoto
hari ini.
Kami menuju salah satu tempat pertunjukan noh dan kyogen, tepatnya di Kyoto
Kanze Kaikan(京と観世会館). Pertunjuakn Noh
dan Kyogen hari ini merupakan
pertunjukan yang hanya diadakan sebulan sekali di sini. Tempat pertunjukan yang juga menjadi sekolah kesenian noh dan kyogen ini banyak melahirkan pemain-pemain terkenal yang juga menjadi aset hidup Negara.
Noh(能) secara harfiah
berarti “kemampuan atau keahlian”, menunjuk kepada pertunjukan yang
menggabungkan seni tarian, nyanyian, dan musik yang membawa penonton untuk
masuk kedalam imajinasi dan nuansa sesuai dengan cerita yang dipentaskan. Sedangkan
kyogen(狂言) merupakan seni teater tradisinonal yang berasal
dari kata Kyo(狂
= gila) dan Gen(言
= kata/ucapan) yang berarti cerita gila/lucu. Sesuai namanya, Kyogen merupakan
seni lawak yang menggunakan kata-kata atau percakapan saja, meskipun disisipi
dengan tarian ataupun nyayian. Untuk selangkapnya pembahasan noh dan kyogen silakan dilihat di sini atau di sini.
Tempat pementasan noh dan kyogen berada dalam
ruangan(indoor). Namun masih mempertahankan bentuk aslinya yang masih
tradisional, lengkap dengan atap khas tradisional Jepang. Jika dilihat dan dipikir baik-baik
hampir mirip dengan pertunjukan srimulat di Indonesia, hanya saja bukan atap di
dalam atap.(mengerti maksud saya?)
Pertunjukan dimulai pukul 18.30 tepat, selama
pertunjukan dilarang mengambil gambar. Yang pertama adalah pertunjukan kyogen
berjudul “Futari–Bakama” yang berarti hakama(celana
tradisional Jepang) yang dipakai oleh 2 orang sekaligus. Dialog dan lelucon
dalam cerita ini sangat mudah dimengerti dan bisa diterima oleh semua kalangan.
Kurang lebih cerita ini berdurasi selama 30 menit dan saya baru sadar bahwa
selama pertunjukan berlangsung para pemeran sama sekali tidak menggunakan
pengeras suara atau mikrofon. Namun bisa terdengar sampai keseluruh ruangan
dengan jelas, bahkan sampai bergema.
pementasan kyogen berjudul "futari-bakama" (not mine)
Setelah kyogen selesai dimulailah pertunjukan noh,
cerita yang akan dipentaskan adalah “Adachigahara”. Merupakan kisah mistis
dimana 2 orang biksu yang bertamu ke rumah seroang wanita tua. Wanita tua itu sebenarnya
adalah onibaba(nenek sihir) yang
hendak membunuh dan memangsa kedua bisku itu.
pemain noh yang memerankan tokoh onibaba
Pertunjukan noh dimulai dengan musik yang dimainkan
oleh para hayashi(pengiring musik),
membawa penonton masuk kedalam aura cerita “Adachigahara” yang mistis. Bahasa,
nyanyian dan kata-kata yang dibawakan dalam noh agak sulit untuk dimengerti,
bahkan oleh orang Jepang sendiri karena memakai bahasa Jepang klasik. Namun
alur cerita semakin mengalir sampai kepada klimaksnya (seru). Dibantu pula
dengan akting dan aksi para pemerannya sehingga kami menebak-nebak apa yang
akan terjadi selanjutnya dalam cerita ini.
Pertunjukan noh dan kyogen hari ini sangat
menyenangkan, kami bisa menonton pertunjukan ini secara langsung. Sungguh
pengalaman yang berharga, dan dapat menambah pengetahuan tentang salah satu
kebudayaan Jepang. Namun faktanya, negara maju seperti Jepangpun berusaha
dengan keras agar kebudayaannya tidak tergerus kemajuan zaman. Saya harap
generasi muda Indonesia bisa tetap melestarikan seni dan kebudayaan Indonesia
sehingga tidak kalah dengan Jepang.
Selengkapnya tentang tempat pementasan Kyoto Kanze
Kaikan bisa dilihat di sini.
Agen Bola Tangkas Terpercaya - Terbaik - Terbesar bolavita 2019
BalasHapusWA : +62812-2222-995