2015/04/24

Kyoto 2 (Kinkaku Rokuon-Ji, Universitas Ritsumeikan, Noh-Kyogen)


Jumat, 21 Nopember 2014
Jalan-jalan hari ini merupakan hari yang panjang. Kami akan pergi ke Kyoto untuk kedua kalinya, mengingat begitu banyak objek wisata menarik di Kyoto. Rombongan peserta kenshuu pun sudah diminta sebelumnya untuk mempersiapkan dengan baik untuk hari ini, karena benar-benar akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan. Langsung kita mulai dari sini:


Kinkaku Rokuon-Ji


Pagi-pagi sekitar jam 8 kami berangkat dari Kansai Center menuju Kyoto dengan bus khusus. Tempat yang kita tuju hari ini adalah salah satu warisan budaya(world heritage) di Kyoto, Kinkaku Rokuon-Ji(金閣鹿苑寺), atau biasa disingkat menjadi Kinkakuji(金閣寺) saja. Tempatnya di distrik Kita, utara Kyoto. Sedikit jauh dari stasiun Kyoto.


batu peringatan peresmian kinkakuji sebagai warisan dunia
       batu peringatan peresmian Kinkakuji sebagai warisan dunia

Kinkakuji adalah sebuah paviliun Buddha aliran Zen, terdiri dari 3 tingkat yang melambangkan kehidupan Sang Buddha. Pada awalnya merupakan area yang berfungsi sebagai peristirahatan milik keluarga Saionji Kintsune. Ashikaga Yoshimitsu, Shogun ke-3 pada zaman Muromachi(1338-1573) mengambil alih area ini pada tahun 1397 dan membangun villa ini dengan nama Kitayama-den.


refleksi Kinkakuji di danau, indah sekali

Taman dan Kinkakuji sebagai pusatnya, menggambarkan tanah suci Buddha di dunia. Kinkakuji berfungsi sebagai villa peristirahatan untuk kaisar Gokomatsu, anggota pemerintah dan kaum bangsawan pada masa itu. Setelah kematian Yoshimitsu, atas perintahnya, Kinkakuji berubah fungsi menjadi kuil oleh Biksu Muso-Kokushi. Dan nama Rokuon-ji, merupakan penghormatan kepada Yoshimitsu yang pergi ke dunia selanjutnya, Rokuon-in-den.

Pada tahun 1950, seorang Biksu yang diduga gila mencoba bunuh diri dengan membakar Kinkakuji, dan akhirnya habis terbakar. Kejadian ini diangkat menjadi novel “Kinkakuji” oleh Mishima yukio. Bangunan Kinkakuji dibangun kembali sesuai bentuk aslinya pada tahun 1955 dengan lantai 2 dan 3 dilapis emas murni dengan hiasan patung burung phoenix emas.

Kinkakuji dari belakang, lantai 2 dan 3 yang dilapis emas

Rombongan bus sampai pukul 10 pagi di Kinkakuji. Kami langsung menuju area taman dan Kinkakuji sendiri, terlihat banyak wisatawan terutama rombongan anak sekolahan memadati objek wisata ini. Di sepanjang area taman ditumbuhi berbagai pohon maple yang daunnya sudah berubah menjadi merah(紅葉kouyou/momiji). Sunguh pemandangan yang membuat mata terpana karena tempat ini memang terkenal dengan momijinya ketika musim gugur tiba.



 
momiji di taman Kinkaku-Ji

Setelah puas melihat keindahan Kinkakuji, kami berkeliling sekitar taman dengan barisan pohon yang daunnya seperti api yang menyala-nyala. Ada spot yang menarik untuk dilihat di taman ini, patung jizo dan batu dengan lubang ditengahnya, berbentuk seperti kolam kecil. Banyak wisatwan yang mencoba peruntungannya dengan melemparkan beberapa koin logam kedalam lubang. Konon katanya jika masuk kedalam lubang, makan akan ada hal baik yang akan terjadi.


beberapa wisatawan yang mencoba peruntungannya di kolam amintaku

Ada juga tanaman bonsai yang terletak di kediaman Biksu yang tidak jauh dari Kinkakuji. Tanaman bonsai yang sudah berumur 600 tahun yang dibentuk sedemikian seperti perahu perang.

apa terlihat seperti kapal perang?

Selengkapnya tentang Rokuon Kinkaku-Ji bisa dilihat di sini (bahasa Jepang).

Universitas Ritsumeikan

Setelah puas berjalan-jalan di Kinkakuji, saatnya pergi ke tempat yang dapat memperdalam kemampuan berbahasa Jepang kami(haaah...). Kami menuju tempat berikutnya yaitu Universitas Ritsumeikan, jaraknya tidak terlalu jauh dari Kinkakuji, sekitar 20 menit kami sudah sampai di universitas yang terkenal di Kyoto ini.


kampus yang terkenal dengan jam besarnya

Universitas Ritsumeikan telah berdiri sekitar 100 tahun yang lalu. Merupakan universitas negeri dan memiliki hubungan kerjasama yang terus terjalin dengan 60 Negara, dan 400 universitas top di seluruh dunia. Indonesia juga termasuk Negara dengan banyak universitas yang menjalin kerjasama dengan Universitas Ritsumeikan. Hal ini menjadikan Universitas Ritsumeikan menjadi incaran bagi mahasiswa Indonesia yang ingin meneruskan pendidikannya di negeri sakura baik dengan program beasiswa ataupun jalur lainnya.

Tujuan kami datang ke universitas ini tidak lain tidak bukan adalah untuk program pertukaran(kouryuu) dan wawancara. Kami sampai di sana pukul 11 siang dan disambut oleh para mahasiswa yang akan menjadi rekan wawancara dan yang akan mengajak kami berkeliling di dalam kampus.


sudut terkenal di bangunan kampus Universitas Ritsumeikan

Bangunan kampus dan para mahasiswanya sangat berbeda dengan saat di Universitas Kwansei gakuin, begitu pula nuansanya. Di Universitas Ritsumeikan terasa lebih hening, luas, dengan bangunan kampus dengan desain modern Jepang. Mahasiswanya juga terlihat lebih modis dan lebih banyak.



Setelah istirahat dan makan siang di kantin kampus bersama para mahasiswa, kami menuju tempat dilangsungkannya wawancara. Tidak seperti wawancara sebelumnya dimana kelompok saya sangat gugup, pada wawancara ke-3 kalinya ini terasa benar-benar lancar. Mungkin karena kami yang sudah terbiasa dengan metode wawancara ini. Mohon maaf karena wawancara kali ini saya tidak memiliki foto saat wawancara.

Informasi selengkapnya tentang Universitas Ritsumeikan bisa dilihat di websitenya langsung di sini.

Tidak Membeli Oleh-oleh Sama Sekali

Setelah wawancara di Universitas Ritsumeikan selesai, tidak lengkap rasanya jika berkeliling tanpa mengunjungi tempat oleh-oleh sama sekali. Jam 4 sore rombongan bus berhenti sebentar di salah satu pusat oleh-oleh khas Kyoto, pasar Nishiki dan jalan Shinkyogoku yang berada di seberang kantor walikota(市役所shiyakusho) Kyoto. 2 tempat ini merupakan jalan komplek pertokoan yang sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Toko-toko disini menjual berbagai macam oleh-oleh khas Kyoto seperti acar kyoto(kyo-tsukemono), manisan, yatsuhashi, pernak pernik seperti kipas tradisional, sumpit, dan lainnya.

suasana di shinkyogoku-doori, (not mine)




Namun seperti sub judulnya, di tempat ini saya tidak membeli oleh-oleh sama sekali karena alasan irit(p**it) dan membayangkan repotnya membawa banyak oleh-oleh nantinya(mendokusai = bikin repot/nyusahin ).  Wah, yang seperti ini jangan ditiru ya, bukan jiwa orang Indonesia asli yang suka memberi oleh-oleh ketika bepergian. Akhirnya di tempat ini saya hanya membeli makan malam di supermarket untuk dimakan di perjalanan pulang nanti.


yatsuhashi  dan Kyo-tsukemono(acar Kyoto)

Pertunjukan Noh dan Kyogen

Sore itu, pukul 6 Kyoto sudah berubah menjadi kota malam. Lampu-lampu jalan dan taman kota sudah menyala dengan membawa nuansa romantis. Namun tidak dengan rombongan kami, dengan wajah lelah dan kaki pegal-pegal menghiasi perjalanan kami menuju tempat terakhir jalan-jalan kyoto hari ini.

Kami menuju salah satu tempat pertunjukan noh dan  kyogen, tepatnya di Kyoto Kanze Kaikan(京と観世会館). Pertunjuakn Noh dan Kyogen hari ini merupakan pertunjukan yang hanya diadakan sebulan sekali di sini. Tempat pertunjukan yang juga menjadi sekolah kesenian noh dan kyogen ini banyak  melahirkan pemain-pemain terkenal yang juga menjadi aset hidup Negara.



Noh() secara harfiah berarti “kemampuan atau keahlian”, menunjuk kepada pertunjukan yang menggabungkan seni tarian, nyanyian, dan musik yang membawa penonton untuk masuk kedalam imajinasi dan nuansa sesuai dengan cerita yang dipentaskan. Sedangkan kyogen(狂言) merupakan seni teater tradisinonal yang berasal dari kata Kyo( = gila) dan Gen( = kata/ucapan) yang berarti cerita gila/lucu. Sesuai namanya, Kyogen merupakan seni lawak yang menggunakan kata-kata atau percakapan saja, meskipun disisipi dengan tarian ataupun nyayian. Untuk selangkapnya pembahasan noh dan kyogen silakan dilihat di sini atau di sini.

Kembali lagi ke topik, sesampainya di lokasi sudah banyak mengantri para wisatawan dan rombongan JF Kansai yang berbeda program dengan kami. Ada yang berasal dari Afrika, Eropa, negara Asia lainnya. Kami semua mendapat jatah untuk menyaksikan pertunjukan noh dan kyogen bersama-sama.



Tempat pementasan noh dan kyogen berada dalam ruangan(indoor). Namun masih mempertahankan bentuk aslinya yang masih tradisional, lengkap dengan atap khas tradisional  Jepang. Jika dilihat dan dipikir baik-baik hampir mirip dengan pertunjukan srimulat di Indonesia, hanya saja bukan atap di dalam atap.(mengerti maksud saya?)



Pertunjukan dimulai pukul 18.30 tepat, selama pertunjukan dilarang mengambil gambar. Yang pertama adalah pertunjukan kyogen berjudul “Futari–Bakama” yang berarti hakama(celana tradisional Jepang) yang dipakai oleh 2 orang sekaligus. Dialog dan lelucon dalam cerita ini sangat mudah dimengerti dan bisa diterima oleh semua kalangan. Kurang lebih cerita ini berdurasi selama 30 menit dan saya baru sadar bahwa selama pertunjukan berlangsung para pemeran sama sekali tidak menggunakan pengeras suara atau mikrofon. Namun bisa terdengar sampai keseluruh ruangan dengan jelas, bahkan sampai bergema.


pementasan kyogen berjudul "futari-bakama" (not mine)

Setelah kyogen selesai dimulailah pertunjukan noh, cerita yang akan dipentaskan adalah “Adachigahara”. Merupakan kisah mistis dimana 2 orang biksu yang bertamu ke rumah seroang wanita tua. Wanita tua itu sebenarnya adalah onibaba(nenek sihir) yang hendak membunuh dan memangsa kedua bisku itu.


pemain noh yang memerankan tokoh onibaba

Pertunjukan noh dimulai dengan musik yang dimainkan oleh para hayashi(pengiring musik), membawa penonton masuk kedalam aura cerita “Adachigahara” yang mistis. Bahasa, nyanyian dan kata-kata yang dibawakan dalam noh agak sulit untuk dimengerti, bahkan oleh orang Jepang sendiri karena memakai bahasa Jepang klasik. Namun alur cerita semakin mengalir sampai kepada klimaksnya (seru). Dibantu pula dengan akting dan aksi para pemerannya sehingga kami menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya dalam cerita ini.

Pertunjukan noh dan kyogen hari ini sangat menyenangkan, kami bisa menonton pertunjukan ini secara langsung. Sungguh pengalaman yang berharga, dan dapat menambah pengetahuan tentang salah satu kebudayaan Jepang. Namun faktanya, negara maju seperti Jepangpun berusaha dengan keras agar kebudayaannya tidak tergerus kemajuan zaman. Saya harap generasi muda Indonesia bisa tetap melestarikan seni dan kebudayaan Indonesia sehingga tidak kalah dengan Jepang.

Selengkapnya tentang tempat pementasan Kyoto Kanze Kaikan bisa dilihat di sini.


1 komentar:

  1. Agen Bola Tangkas Terpercaya - Terbaik - Terbesar bolavita 2019
    WA : +62812-2222-995

    BalasHapus