Kali
ini saya akan berbagi salah satu pengalaman saya ketika di Jepang. Semaksimal
mungkin tiap akhir pekan, karena tidak ada kegiatan perkuliahan pula, saya
menyempatkan untuk berjalan-jalan ke tempat wisata yang ada di daerah Kansai
dan sekitarnya.
Atas
ajakan salah satu teman saya, sebut saja Endah. Kami pergi berdelapan,
orang Jepang dan orang Indonesia masing-masing 4 orang. Yang uniknya, hanya
saya satu-satunya laki-laki di kelompok ini, haha. Bahkan salah satu teman
Jepang saya Yamaguchi-san sampai bertanya kepada saya.
“daijoubu
desuka? Sabishikunai desuka?”
nggak
apa-apa? Nggak kesepian nanti?
“hai,
daijoubu desu. Sabishikunain’desu, isshoni desukara”
nggak
apa-apa, nggak kesepian kok, kan sama-sama
Mungkin
terasa aneh bagi orang Jepang ya, apa tidak apa-apa jika laki-laki sendiri
tanpa “golongannya” haha. Tidak apa-apa, teman perempuan saya banyak kok. Ups
Tujuan
kami hari ini adalah Koyasan(高野山).
Koyasan adalah salah satu situs warisan dunia menurut UNESCO. Terletak di
Prefektur Wakayama, Koyasan merupakan komplek kuil Buddha dan Shinto, pemakaman
tokoh-tokoh penting masa feodal Jepang, bangunan-bangunan peninggalan milik
keluarga Tokugawa, dan juga ada universitas. CMIIW
Koyasan
dikelilingi pegunungan dan hutan menjadikan daerah ini sunyi, asri, sakral akan
Buddhisme namun memiliki aura mistis pula. Pada tahun 2015 ini merupakan hari
peringatan pembangunan Koyasan yang ke 1200 tahun. Tak dapat dibayangkan
bangunan-bangunan vihara dan peninggalan lainnya yang masih berdiri kokoh lebih
dari 1000 tahun.
Pagi
itu kira-kira pukul 9 pagi kami berangkat dari stasiun Rinku Town, lalu transit
di stasiun Tengachaya menuju stasiun Gokurakubashi. Perjalanan diatas kereta
kurang lebih 90 menit, namun tidak terasa karena disepanjang perjalanan
dikelilingi pegunungan dengan pepohonan yang mulai berubah kemerahan
daunnya(momiji), indah sekali.
3 cewek antusias foto pemandangan dan 1 cowok galau....
salah satu potret keindahan alam di Wakayama
Sampai
di stasiun Gokurakubashi, kami turun dan berganti kereta sampai ke stasiun
Koyasan yang berada di atas gunung. Yang uniknya, kereta yang digunakan untuk
sampai ke Koyasan tidak seperti kereta pada umumnya, lebih mirip kereta kabel(apa itu?). Gerbongnya pun berbentuk seperti tangga, sehingga menyesuaikan dengan
medan gunung yang landai. Oh ya setelah hasil googling saya, namanya cable bus. hehe
tampak atas cable bus(not mine)
nih tampak sampingnya, ajib...ajibb (not mine)
Perjalanan
kami belum selesai untuk mencapai si koyasan ini, kami harus menggunakan bus
untuk mencapai Koyasan. Karena Koyasan luas sekali, jadi dibagi-bagi tempat
pemberhentiannya. Kami memutuskan untuk naik bus sampai di daerah Danjo Garan. Tempat
yang paling dekat stasiun Koyasan sekaligus pusat dari Koyasan.
bus umum yang membawa wiastawan berkeliling koyasan, tampak kabut mulai turun
Namun
sayang sekali, sesampainya di Danjo Garan turun hujan. Jadi kemungkinan besar
kami tidak bisa melihat keseluruhan dari Koyasan ini dengan mood yang baik dan
ditemani payung kemana-mana. Dan sesi foto-foto ala orang Indonesia dimulai..!
di pintu masuk salah satu kuil
kok cowoknya yang pake payung?
ini Konpon Daito, semacam kuil sekaligus landmark Koyasan
Danjogaran Kondo, Vihara Buddha utama di Koyasan
manis semuanya
genta di Vihara Kon'gobu
masih di taman Vihara Kon'gobu
maskot Koyasan, Koya-kun
Setelah
puas berjalan-jalan di bawah hujan, kami istirahat untuk makan siang sebentar di
sepanjang jalan Odawara. Di sini banyak ditemui toko suvenir dan oleh-oleh. Restoran
disana-sini penuh sekali dengan wisatawan, sehingga kami harus berbaris
mengantri di depan restoran.
menu paling murah, Oyakodon
Baru
kami selesai makan dan hendak pergi ke spot berikutnya, hujan turun semakin
deras, deras sekali. Kamipun terpaksa mengakhiri jalan-jalan hari ini. Padahal masih banyak, banyak sekali tempat yang belum kami datangi, seperti komplek pemakaman Okunoin, dan air terjun. Yah, hari ini cukup senang rasanya dan badan ini serasa akan flu.
NB:
1. saya tidak memposting foto teman Jepang saya di sini karena masalah privasi, harap maklum
dengan pola pikir orang Jepang.
dengan pola pikir orang Jepang.
2. semua foto 90% jepretan saya sendiri, sisanya merupakan hasil jepretan orang lain yang diposting
di blognya masing-masing. Untuk mempermudah ilustrasi.
di blognya masing-masing. Untuk mempermudah ilustrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar