Jumat,
27 Juni 2014
Jujur gue pengen ke Jepang, Sukur-sukur kalo bisa ketemu Chinen Yuuri (plak).
Di bulan Januari tahun ini, gue mencoba untuk pertamakalinya ikut seleksi
beasiswa Monbukagakusho untuk program Japanese Studies, tapi ternyata gagal. Yah
kecewa juga, tapi gue sadar semua itu karena gue sendiri yang kurang belajar
dan kurang persiapan.
Perhatian: gambar diatas cuma iseng aja tapi pengen dimasukkin, hanya intermezzo ga penting.
Namun karena Allah memang punya rencana lain, dan
karena doa orang tua. Di awal bulan Juli kemarin ada tawaran dari Ulfah Sensei* yang baik hati (cieee) tentang tawaran
dari The Japan Foundation. Katanya embel-embel pelatihan guru macam itulah,
tapi yang gue curiga Ulfah sensei belum kasi tahu dimana tempat pelatihannya
nanti, katanya di Manado lah, di Padang lah…gapapa, yang penting ikut aja.
Jadi initinya Ulfah sensei dan Feby sensei memanggil
mahasiswa yang sudah lulus ujian kesetaraan bahasa Jepang tingkat 3 (Noken N3)
dari Prodi gue (Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang) tentang pemberitahuan ini.
Saat itu mahasiswa yang sudah lulus ada
20 orang lebih.
Namun beliau-beliau menyuruh kami (yang masih sibuk
dengan KKN) bagi yang mau dan serius untuk mengikuti program ini, disuruh
membuat essai dalam bahasa Jepang (oh no!) dengan tema kira-kira seperti ini:
“ketika menjadi pengajar nanti, apa
yang anda lakukan untuk membangkitkan motivasi anak didik anda? Dan bagaimana
cara anda mewujudkan itu semua?”
Hmmm…..apa yang harus gue tulis ya? Sebenernya
masalahnya bukan itu saja, tapi deadline-nya hanya seminggu. Oke, masih banyak waktu, ntar-ntar aja lah
bikinnya… (penyakit orang Indonesia) . Teman-teman gue ada yang antusias
untuk buat, ada yang ga mau juga, yah memang itu semua memang tergantung niat
dan usaha sih.
Kamis,
4 Juli 2014
Hari demi hari yang disibukkan dengan kegiatan KKN,
gue semakin menelantarkan essai yang ingin gue buat. Essainya dikumpulkan
terakhir hari Jumat, dan gue baru sadar kalau tinggal besok.
“Waduh, mamp*s gue ga tahu mau
nulis apa…!?”
Oke, pulang KKN sekitar jam 4 sore, dan bego’ nya
gue malah langsung tidur bukannya mikir mau nulis apa (capek euy). Bangun jam 7
malem, langsung panik gue. Tenang, ga ada waktu buat panik, buka laptop,
langsung mulai ngetik.
Alhamdulillah essai akhirnya kelar jam 12 malam.
Kalau mau tahu essai gue nanti gue share di postingan berikutnya (kalo nggak
mau, okelah kalau begitu…) .
Jumat,
4 Juli 2014
Jam 7 pagi gue siap-siap berangkat ke kampus. Oh
iya, btw temen gue Ratih, juga niat
untuk kumpulin essai juga.
“Bagus Tih (panggilannya), gue suka
semangat lu! Gue percaya lu pasti berhasil nanti!”
Masuk ke ruang dosen, langsung kumpulkan essainya ke Feby sensei.
“permisi
sensei, ini essai saya dan essainya Ratih”
“oh,iya
iya…”
Setelah ngumpulin essainya, langsung keluar dan
berangkat ke tempat KKN, ga mikir apa-apa lagi tentang essai dan tetek
bengeknya lagi.
Senin,
7 Juli 2014
Setengah 8 pagi dapat sms dari Ulfah sensei yang
isinya kira kira begini:
“saya sudah tidak sabar untuk
ketemu Ichsan-san heheh…hari ini jam 8.40 di lt.8 Rektorat bisa ketemu, ada
yang perlu saya sampaikan.”
Perasaan gue udah mulai nyampur, panik, takut,
seneng, curiga…mungkinkah…?
“iya,
bisa sensei. Wah saya mau dijadikan menantu ya sensei, hehe”
Dan dengan tololnya gue bales sms dari Ulfah sensei.
Dasar Ichsan bego’.
Sampai di kampus (telat 30 menit), menuju rektorat
lt.8. deg-degan juga karena biasanya gedung rektorat lt.8 itu biasa dipakai
rapat dan orang-orang penting di universitas saja. Alhasil gue canggung sama
mas-mas penjaga resepsionisnya…hmmm
“ah
pura-pura jadi orang penting aja”
Dan ternyata bener, Ulfah sensei ada rapat dengan
orang-orang penting tentang pelaksanaan PPL bagi mahasiswa. Loh kok gue tahu
kalau rapat membahas PPL? Ya nguping
atuh….(plakk). Ditengah rapat Ulfah sensei keluar minta izin, lalu ketemu
gue sebentar.
“Ichsan-san, selamat karena essai
kamu lolos dan ini surat dari Japan Foundation”
Gue baca baik-baik suratnya, untung bahasa
Indonesia, kalau bahasa Jepang bisa lama gue bacanya. Jadi isinya kira-kira
gini:
“…..The Japan Foundation akan
melaksanakan satu lagi program pelatihan di Jepang bagi dosen dan mahasiswa
Program Studi Bahasa Jepang, yaitu “Japanese-Language Education Capacity
Building Southeast Asian Teachers’ Training College Course in Japan”. Melalui program yang akan dilaksanakan di Japan
Foundation Japanese Language Institute, Kansai selama 45 hari ini, kami ingin
mengajak dosen dan mahasiswa….”
Oke, YES! Gue pergi ke Jepang! Ichsan Rizkianto yang
bego’, lola, dan suka panik ini bisa pergi ke Jepang, Insya Allah.
“Alhamdulillah…”
“udah ngerti san, dimana
tempatnya….bukan di Indonesia ya, syarat-syaratnya segera dipenuhi ya san.”
Di halaman kedua dari surat itu disebutkan
syarat-syaratnya, mengisi berkas dan formulir (biodata pribadi), formulir sertifikat
kesehatan (medical check up) yang harus diisi oleh dokter nantinya, dan menulis
essai yang sudah diberitahukan sebelumnya. Oke, berarti berkas pertama adalah
sertifikat kesehatan dari rumah sakit.
Sejenak gue mikir, hmmm kenapa Sensei nggak bilang
aja langsung ke anak-anak kalau programnya itu di Jepang sono ya? Bukan di
Indonesia? mungkin karena Sensei ingin tahu siapa mahasiswa yang serius dan
yang tidak.
“minta restu dan izin orang tua
san, jangan lupa semua berkas harus sampai di kantor The Japan Foundation
Jakarta paling lambat tanggal 21 Juli ya”
Ulfah sensei membuyarkan lamunan gue.
“iya
sensei, terimakasih atas semuanya.”
Setelah itu gue turun dan keluar dari gedung
rektorat, perasaan seneng dan syukur yang ada di dalem pikiran gue saat itu.
Oke, saatnya telepon orang tua di Bekasi. Alhamdulillah betapa senengnya papa
dan mama gue. Syukur Alhamdulillah…..
Setelah ini, yang harus gue lakukan adalah pergi ke
rumah sakit umum Malang (rada murah) untuk general/medical check up.
Ternyata Allah memberi jalan lain bagi gue untuk bisa
ke Jepang.
Terimakasih JF, saya akan berusaha untuk mencapai cita-cita saya.
*Sensei = guru/panggilan hormat untuk
orang yang ahli dalam disiplin ilmu tertentu.
sumber gambar : goggle
sumber gambar : goggle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar