2014/09/24

Medical Check Up – bagian 1 –


“Medical check up? Apa itu? Emangnya gue udah tua ya pake medical check up?”
Pertama-tama gue jelasin dulu apa itu medical/general check up itu. Medical check up adalah serangkaian pemeriksaan medis yang dilakukan oleh ahli medis (dokter) yang bertujuan untuk memeriksa secara menyeluruh kondisi paisen, apakah pasien memiliki penyakit atau tidak. Jadi intinya agar kita bisa tahu kalau memiliki penyakit atau tidak sejak awal, agar dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin. (cieee nyontek dari mana tuh?)

Medical check up dilakukan di instansi kesehatan yang menyediakan layanan medical check up tentunya. Biasanya tiap instansi kesehatan memiliki paket medical check up-nya masing-masing (termasuk biayanya). Orang yang ingin melakukan kunjungan ke luar Negeri, baik mahasiswa, peserta umrah atau haji, dll. Biasanya diharuskan untuk menjalani medical check up ini untuk mengetahui apakah secara fisik mampu untuk menghadapi perubahan cuaca dan makanan yang sangat berbeda di luar Negeri.


Jumat, 11 Juli 2014
Sudah gue putuskan untuk pergi ke salah satu rumash sakit di kota Malang. Sampai jam 11 siang, sengaja karena kalau pagi pasti bakalan penuh banget RS dan parkirannya, dan Alhamdulillah parkirannya sepi.

Langsung masuk, Tanya sama resepsionisnya dimana kalau mau daftar  medical check up.

            “medical check up di lantai 2 mas, daftar dulu di loket pendaftaran lantai 2 mas…”

            “makasih mas”

Oke, cukup ramah juga.

Naik ke lantai 2…busettt masih rame dan gue bingung mana loket pendaftaran atau apalah itu namanya, karena ga ada tulisan pendaftaran, adanya cuma loket pembayaran. Langsung aja deh gue ke mas-mas di loket pembayarannya.

            “mas, mau daftar untuk medical check up…dimana ya?”

            “oh iya, mas. Sudah pernah daftar di sini sebelumnya belum?”
            “belum mas…”

            “ini diisi mas form pendaftarannya dulu, biayanya 12 ribu”

Pendaftaran aja pake biaya segala, kenapa harus 12 ribu gitu? Tanggung banget, 10 rebu aja napa?! (kalau perlu gratis) Lagipula form yang dimaksud itu cuma kertas kecil selembar yang isinya nama dan alamat doang….(uda mulai kesel).

            “setelah ini langsung ke Loket Rekam Medis di belakang itu ya mas”

Langsung aja gue ke Loket Rekam Medis yang untungnya papan namanya jelas, jadi ga pake bingung lagi gue nyarinya. Masuk ke dalam disambut sama mbak-mbak ramah.

            “mau daftar medical check up mbak…”

            “oh iya mas, ini formnya diisi…ada KTP mas..?

Afterall ga ada masalah yang ribet-ribet dan yang paling penting ga harus pake bayar segala…(yes!)

“habis ini langsung masuk aja ke bagian poli general check up ya mas, keluar dari ruangan ini lurus aja terus belok kanan, polinya pas di sana”

“oh, terimakasih mbak.”

Keluar dari loket tadi gue langsung ke poli general check up, untung ga susah juga nyarinya….masuk ke dalam, di sana ada dua mbak-mbak dan satu mas perawat yang kelihatan santai-santai aja.

            “mau medical check up ya mas?”

            “(nggak, mau jualan cireng) iya mas…” kata gue.

            “buat mahasiswa ya mas, ada form ketentuan apa aja yang harus diisi nggak mas..?”

            “oh, iya ada mas..”

Btw dalam salah satu formulir dari Japan Foundation ada formulir Certificate of Health yang harus diisi oleh dokter nantinya. Tes yang harus diisi tentang tinggi dan berat badan, foto ronsen paru-paru, tes mata, tes pendengaran, dan tet-tes tentang kondisi tubuh internal sampai kejiwaan.(emang gue gila apa?), dll.

            “hmmm, ini ambil paket ini aja ya mas, biayanya bisa dilihat sendiri”

Gue lihat pilihan paketnya, buset…780 rebu!! Duit itu bukan daun nangka….

“iya deh mas, bisa pakai askes mas?’

“ga bisa mas…”

“ooh gitu ya, tapi saya belum bisa hari ini (bayarnya), masih ada urusan lainnya. Hari Senin bisa?”

“oh oke mas, mas jangan lupa sebelum tes sudah berpuasa dari malamnya ya, jam 8 pagi hari Senin ya mas”

Oke, gue langsung pulang dan meninggalkan tempat yang akan buat dompet gue tipis lagi. Jadi kesimpulan hari ini adalah buat perjanjian dulu dengan poli medical check up-nya.
Gue hubungi Papa tentang biaya medical check up yang muahal itu (ga bisa pake askes pula), Alhamdulillah Papa menyanggupi.




Senin, 14 Juli 2014
Hari eksekusi.

Gue sampai di rumah sakit jam 7.30 pagi, deg-degan banget karena ini pertamakalinya gue medical check up (norak). Berbekal browsing tentang berbagai pengalaman medical check up dan uang 800 rebu…

“Bismillahhirrahmanirrahiim…”

Sial, bener kan pasti kalau datang pagi pasti parkiran rumah sakit itu penuh. Gue celingukan dan muter-muter cari parkiran motor, untungnya gue dapet parkiran. (cerita ga penting). Langsung gue masuk ke poli medical check up dan di dalam masih ada mbak dan mas yang (masih) kelihatan sama. Kebetulan yang duduk di meja resepsionisnya mbak-mbak….hehe.

            “mbak, mau medical check up. Jumat kemarin sudah bikin janji”

            “oh, atas nama Ichsan ya mas, silakan diisi formnya dulu ya mas”

Oke, di mana-mana suruh isi formulir sampe bosen gue, setelah itu gue dikasih struk tagihan dan  disuruh ke loket utama buat bayar, duit 800 rebu segera lenyap berganti 20 rebu. Gue balik lagi ke poli medical check up-nya.

            “sekarang langsung ukur tinggi, berat, dan jantung ya mas”

Gue diantar ke ruangan di belakang, ada beberapa matras, kursi, timbangan dan kaca. Gue disuruh tiduran dan bajunya diangkat sampai dada. Disana ada mbak perawat yang periksa jantung gue. Di pergelangan tangan dan kaki, sekitar dada dan perut, diolesi semacam gel dan dipasangi alat aneh yang akan mengukur detak jantung gue. Ketololan gue muncul…

            “mbak, ini ga nyetrum kan?”

            “nggak mas, rileks aja…”


Nggak lama kemudian si mbak perawatnya bilang kalau sudah selesai, setelah itu gue diukur tinggi saat berdiri, saat duduk, dan berat badan. Hasilnya tinggi berdiri 178 cm, tinggi duduk ga tau lupa gue, dan berat 65 kg. Turun lagi BB gue….lalu mbak perawat yang pertama bilang:

            “habis ini kita ronsen paru-paru, terus tes darah pertama dan urin di lab”

Gue diantar sama mbak perawatnya ke lantai satu ruang ronsen, tempatnya terpencil dan rada serem juga… di sana ada mas petugas ronsennya. Sambil berdiri gue disuruh buka baju sama mas-masnya (iih…) dan disuruh menempelkan bagian dada di semacam papan ronsen. Tarik dan tahan napas, ronsen selesai. Pikiran gue kalo pasien ronsennya cewek enak kali petugasnya ya.


Sekarang ke labratorium untuk ambil daran dan urin, gue disuruh bayar 20 rebu untuk pendaftaran atau apalah. Oke, uang kembalian 20 rebu tadi ludes udah, 800 rebu ludes semua udah.

Karena gue medical check up dan udah bayar (mahal), jadi ga usah pake antri-antri segala lagi. Masuk ruangan, ambil darah, dan gue dikasih wadah buat urin dan pergi ke toilet di dalam lab. Keluar lab bawa-bawa wadah isi urin, dengan tololnya gue kasih ke mbak perawat yang nganterin gue.

            “urinnya ditaruh aja di atas meja di depan toilet yang tadi mas,”

Ya malu lah gue, bukannya bilang dari awal mbak…masuk lagi gue ke dalam lab seolah gak terjadi apa-apa.

“habis ini mas makan dulu di kantin, kantinnya ada di dalam sini atau di luar. Nanti jam 12 kembali lagi ke poli general check up untuk tes selanjutnya”

Loh, kan ini bulan puasa, jadi gue kudu batalin puasa gue gitu…? hmmm

Udah jam 10, ga kerasa ternyata cukup lama juga…akhirnya gue makan di kantin rumah sakit bagian dalam, harga-harganya masih masuk akal lah, gue pesen lalapan ayam 15 rebu.

Jam 12 gue balik lagi ke poli general check up, Cuma ada mas perawatnya di sana, katanya gue tinggal ke lab lagi buat ambil darah kedua, tes mata, dan THT. Jadi ada 2 kali ambil darah, yang pertama darah waktu puasa, dan darah kedua ketika sudah makan saat gula darah kembali normal.

Balik lagi ke lab, gue langsung masuk ke lab yang udah sepi, ditusuk lagi tangan gue...sebenernya gue udah biasa karena rutin donor darah 3 bulan sekali (belagu lu).


bersambung…..(bodo amat)


sumber gambar : goggle


Tidak ada komentar:

Posting Komentar