“Capailah cita-citamu setinggi langit. Meskipun banyak orang merendahkanmu dan melecehkanmu, jangan takut untuk gagal dan jatuh, karena kamu akan jatuh diantara bintang-bintang. NAMUN JANGAN LUPA! Jika kamu telah mencapai langit, kakimu harus tetap menapak di atas muka bumi.”
Kata-kata di atas adalah pedoman hidup gue, diambil dari berbagai macam nasihat dan petuah (halah) dari banyak sumber orang-orang terkenal. Jadi intinya bukan orisinalitas gue (puas). Namun kata-kata itu tetap gue pegang sampai sekarang ini.
Setiap orang pasti memiliki cita-cita waktu semasa
kecilnya, ada yang “kalau kiki gede nanti mau jadi dokter!” (btw siapa tu
kiki?) atau “kalau gede mau jadi guru!” dan masih banyak cita-cita yang
dimiliki oleh anak-anak polos. Tapi
apakah setiap anak-anak itu akan tetap memegang cita-cita besarnya
sampai mereka dewasa nanti?
Anak-anak biasanya mulai memiliki cita-cita sebelum
memasuki masa Taman Kanak-Kanak (TK) sampai akhir Sekolah Dasar (SD). Orang tua biasanya masih mendukung penuh
cita-cita anaknya, mulai memasuki masa Sekolah Menegah Pertama (SMP) sampai
seterusnya biasanya cita-cita mereka sedikit demi sedikit mulai berubah.
“wah jadi dokter kan harus pintar,
bayarnya juga mahal…”
“jadi pilot atau guru sepertinya
sulit, harus ini…dan itu….”.
Selain
itu masih banyak lagi masalah, ini biasanya memasuki masa remaja. Dimana ada
beberapa remaja yang menganggap hidup itu let
it flow , atau slow down saja.
Tidak! Bukan itu maksudnya. Jadi bukan alah
biarin aja biar nasib atau Tuhan yang berkehendak nanti. Hidup itu harus
punya tujuan, manusia yang tidak punya tujuan dalam hidupnya sama saja seperti
mayat hidup.
Maksud dari hidup itu let it
flow itu adalah passion dan kesungguhan dalam mencapai cita-cita dan tujuan itu.
Jadi adakalanya dalam proses pencapaian cita-cita itu ditemui berbagai macam
kesulitan, maka harus sabar menjalaninya dan melakukan yang kita bisa dengan
sebaik-baiknya agar proses pencapaian cita-cita itu terasa ringan dan terasa let it flow.
“nak, ngapain jadi ****, mending jadi **** aja, kan gajinya gede, dan blablabla…”
ada juga orang tua yang
melarang dan tidak mendukung cita-cita murni dari anaknya. Cita-cita itu tidak
bisa dipaksakan! Cita-cita itu datang dari panggilan hati, dari hati. Lingkungan dan peran orang tua sejak kecil adalah elemen
utama yang membentuk cita-cita anak ketika dewasa nanti. Jadi kalau ada orang
tua yang melarang cita-cita anaknya ketika si anak sudah punya, salahkan si
orang tua itu kenapa tidak dibentuk ketika masih kecil dulu seperti yang orang
tua mau?
Udah cukup ngelindurnya, diatas itu
diambil dari banyak kejadian di lapangan dan pengalaman pribadi. Bukan masalah
menentang orang tua, tapi Alhamdulillah orang tua gue mendukung dengan
sungguh-sungguh cita-cita yang gue punya dari dulu. Jadi GURU! Ya, jadi guru
itu cita-cita gue dari TK dulu. Menurut gue guru itu keren dan blablabla…
(*kalo diterusin bisa jadi satu novel) nah mulai masuk SMP gue mulai tertarik
dengan dunia Jepang.
“wah, kenapa enggak jadi guru/dosen
bahasa Jepang?”
Dulu 3 tahun yang lalu ketika mulai masuk
Universitas banyak orang yang bertanya
“kamu masuk kampus mana?”
“universitas Brawijaya Malang,
Alhamdulillah lolos SNMPTN tulis.”
“wah hebat, ambil jurusan apa?”
“jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jepang, aku pengen jadi guru bahasa Jepang.”
“ooh, kenapa ambil bahasa Jepang?
Emang kamu suka Jepang dari apanya? Jepang…?”
“……….:-(”
Saat itu memang gue ga bisa banyak berkata apa-apa,
ga bisa jawab pertanyaan dari mereka yang notabene sudah sukses dan berhasil
dibandingkan gue yang baru mulai melangkah dan melihat dunia yang sesungguhnya.
Bisa gue terima karena mereka itu peduli dengan gue. Mereka perhatian ke gue,
meskipun ada juga yang berkata dengan nada miring dan meremehkan.
Apa salahnya punya cita-cita,
terlebih lagi, apa salahnya jadi guru bahasa Jepang? Gue gak akan membahas
kelebihan dan keunggulan dari guru bahasa Jepang hanya untuk membungkam mereka
sesaat, karena semua itu tidak ada gunanya dan sama saja tidak memuaskan. Yang
akan kulakukan hanya berusaha dan berusaha, membuktikan bahwa anggapan mereka
itu tidak sepenuhnya benar, memuliakan diri sendiri, mencapai cita-cita sendiri,
itulah yang gue rasa benar. Daripada sakit hati dengan sindiran mereka, lebih
baik gunakan itu sebagai motivasi. Jadi nanti pada saatnya gue telah berhasil
tiba gue akan berkata dalam hati kepada mereka yang meremehkan gue.
“nih, liat gue, sekarang gue udah
jadi orang. Sekarang gue udah sejajar sama kalian semua, namun tunggu saja
ketika gue akan berada di atas kalian.”
------------------------itulah balas
dendam sejati yang manis-------------------------
Kesimpulannya:
1. Hidup
itu harus punya tujuan dan cita-cita. Manusia tidak bisa hidup tanpa tujuan,
jadi buatlah tujuan itu sendiri.
2. Orang
tua tidak seharusnya menolak keputusan cita-cita anaknya, tidak pula memaksakan
anaknya harus jadi apa. Orang tua harus mendukung penuh cita-cita anaknya,
karena itulah kasih sayang yang sebenarnya.
3. Jangan
takut dan berkecil hati jika orang-orang menghina cita-citamu. Buktikan dan
balikkan hinaan mereka suatu saat nanti dengan keberhasilan yang kita dapat.
日本語教師、僕なりの夢だ。どんなことがあっても、必死に頑張って、動力して、 そして 叶ってしまう。
Nihongo kyoushi, boku nari no yume da. Donna koto ga attemo, hisshi ni gambatte, douryoku shite, soshite kanatte shimau.
Guru bahasa Jepang, mimpi yang cocok untukku. Apapun yang terjadi, aku akan berjuang dengan sungguh-sungguh, berusaha, dan akan terwujud.
sumber gambar : Goggle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar