Konkatsu adalah sebuah kegaiatan yang diperlukan untuk bisa menikah. Konkatsu diambil dari kata kekkon(結婚) yang berarti pernikahan dan katsudo(活動) yang berarti menikah. Konkatsu disebabkan karena banyaknya penduduk Jepang berusia 30 tahun lebih yang belum menikah. Pada tahun 1970, rata-rata pria Jepang menikah di usia 26 tahun dan wanita Jepang di usia 24 tahun.
Namun,pada tahun 2005 rata-rata usia menikah pria Jepang meningkat menjadi 29 tahun dan wanita Jepang menjadi 28 tahun. Fenomena melambatnya rata-rata usia orang yang menikah ini dinamakan bankonka (晩婚化) dan situasi yang lebih parah lagi, sekarang di Jepang sedang terjadi fenomena hikonka (非婚化) yaitu tidak mau menikah. Kedua fenomena ini menyebabkan semakin menurunnya jumlah kelahiran per-tahun di Jepang dan keadaan ini yang melatarbelakangi kegiatan konkantsu itu sendiri.
Orang
Jepang saat ini pada umumnya enggan untuk menikah disebabkan oleh biaya
mengurus anak dan biaya pernikahan yang cukup tinggi. Tapi, para pengamat
sosial berpendapat lain, menurutnya popularitas konkatsu itu sendiri disebabkan
karena tuntutan dari negara Jepang itu sendiri. Sebagian besar wanita
memilih perkawinan daripada karir untuk mencari stabilitas keuangan.
Fenomena
lain yang juga mengakibatkan populernya kegiatan konkatsu ini adalah karena seks bebas yang tidak terlalu
dipermasalahkan di Jepang. Kebanyakan orang Jepang berpendapat bahwa pernikahan
bukanlah hal yang wajib karena mereka dapat memenuhi kebutuhan biologisnya
tanpa adanya ikatan pernikahan. Ada juga yang berpendapat bahwa pernikahan
adalah sesuatu yang rumit, namun jika dihadapkan pada persoalan umur dan
kematangan, mereka terdorong untuk melakukan pernikahan dan cara yang paling cepat
untuk mendapatkan pasangan adalah dengan kegaiatan konkatsu ini.
Konkatsu pada umumnya dilakukan
melalui agen biro jodoh. Di Jepang sendiri ada suatu istilah yang merujuk pada
pencarian jodoh yaitu omiai (お見合い). Akibatnya, semakin
berjamurnya agen biro jodoh, kuil, dan sekolah- sekolah kepribadian yang
bertujuan utnuk membantu orang yang ikut serta dalam kegiatan konkatsu ini.
Konkatsu bukanlah
hal yang buruk, yang harus diperhatikan di sini adalah penyebab menurunnya
angka perkawinan di Jepang. Konkatsu justru
meningkatkan kesadaran untuk menikah, menimbulkan kemauan untuk meningkatkan
kesejahteraan diri agar cepat mendapat pasangan, dan membantu meningkatkan
angka kelahiran di Jepang. Namun, hal yang harus diwaspadai dari kegiatan konkatsu itu sendiri adalah penipuan.
Dengan adanya jasa yang membantu kegiatan konkatsu,
seperti biro jodoh, priaatau wanita bisa saja berbohong tentang dirinya sendiri
untuk menarih perhatian. Dan sebagian besar orang yang menikah melalui kegiatan
konkastu ini usia perkawiannya tidka
bertahan lama dikarenakan mereka tidak merasa nyaman dengan pasangannya karena
hanya mengenalnya sebentar saja.
Fenomena
konkatsu atau pencarian jodoh ini
tidak begitu marak di Indonesia. Hal ini dikarenakan latar belakang, kultur
budaya, dan keadaan ekonomi dan sosial orang Indonesia yang berbeda dengan
orang Jepang. Dan di Indonesia sendiri justru tejadi ledakan populasi karena
banyaknya orang yang menikah, pernikahan dini, dan memiliki anak yang lebih dari
satu.
Sumber:
Makalah Kuliah Masyrakat Jepang Dewasa Ini oleh Pendidikan Bahasa Jepang FIB UB
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar