2014/09/30

Medical Check Up – tambahan –


Bagian medical check up ini yang saya rasa paling panjang, hmmm ya memang karena yang paling lama prosesnya hanya bagian medical check up ini aja. Kelihatannya semua berjalan mulus saja

2014/09/25

Medical Check Up – bagian 2 –


Senin, 14 Juli 2014
Setelah sebelumnya gue selesai ambil darah ke dua, gue balik lagi ke poli medical check up. Saat itu jam setengah satu siang, di sana ada sudah ada mbak-mbak

2014/09/24

Medical Check Up – bagian 1 –


“Medical check up? Apa itu? Emangnya gue udah tua ya pake medical check up?”
Pertama-tama gue jelasin dulu apa itu medical/general check up itu. Medical check up adalah serangkaian pemeriksaan medis yang dilakukan oleh ahli medis (dokter) yang bertujuan untuk memeriksa secara menyeluruh kondisi paisen, apakah pasien memiliki penyakit atau tidak. Jadi intinya agar kita bisa tahu kalau memiliki penyakit atau tidak sejak awal, agar dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin. (cieee nyontek dari mana tuh?)

Pergi ke Jepang?


Jumat, 27 Juni 2014 
Jujur gue pengen ke Jepang,  Sukur-sukur kalo bisa ketemu Chinen Yuuri (plak).

2014/09/23

Cita-cita

“Capailah cita-citamu setinggi langit. Meskipun banyak orang merendahkanmu dan melecehkanmu, jangan takut untuk gagal dan jatuh, karena kamu akan jatuh diantara bintang-bintang. NAMUN JANGAN LUPA! Jika kamu telah mencapai langit, kakimu harus tetap menapak di atas muka bumi.”

Kata-kata di atas adalah pedoman hidup gue, diambil dari berbagai macam nasihat dan petuah (halah) dari banyak sumber orang-orang terkenal. Jadi intinya bukan orisinalitas gue (puas). Namun kata-kata itu tetap gue pegang sampai sekarang ini.
            
Setiap orang  pasti memiliki cita-cita waktu semasa kecilnya, ada yang “kalau kiki gede nanti mau jadi dokter!” (btw siapa tu kiki?) atau “kalau gede mau jadi guru!” dan masih banyak cita-cita yang dimiliki oleh anak-anak polos. Tapi  apakah setiap anak-anak itu akan tetap memegang cita-cita besarnya sampai mereka dewasa nanti?

Anak-anak biasanya mulai memiliki cita-cita sebelum memasuki masa Taman Kanak-Kanak (TK) sampai akhir Sekolah Dasar (SD).  Orang tua biasanya masih mendukung penuh cita-cita anaknya, mulai memasuki masa Sekolah Menegah Pertama (SMP) sampai seterusnya biasanya cita-cita mereka sedikit demi sedikit mulai berubah.

“wah jadi dokter kan harus pintar, bayarnya juga mahal…”

“jadi pilot atau guru sepertinya sulit, harus ini…dan itu….”.

Berbagai macam alasan biasanya mulai muncul karena ketakutan memiliki mimpi besar. Memang benar, dukungan moral dan materil dari orang tualah yang menjadi faktor penentu berhasil atau tidakkah anak-anak itu mencapai cita-citanya, namun yang paling penting adalah semangat dan kesungguhan dari anak itu sendiri.
            

Selain itu masih banyak lagi masalah, ini biasanya memasuki masa remaja. Dimana ada beberapa remaja yang menganggap hidup itu let it flow , atau slow down saja. Tidak! Bukan itu maksudnya. Jadi bukan alah biarin aja biar nasib atau Tuhan yang berkehendak nanti. Hidup itu harus punya tujuan, manusia yang tidak punya tujuan dalam hidupnya sama saja seperti mayat hidup.

Maksud dari hidup itu  let it flow itu adalah  passion dan kesungguhan dalam mencapai cita-cita dan tujuan itu. Jadi adakalanya dalam proses pencapaian cita-cita itu ditemui berbagai macam kesulitan, maka harus sabar menjalaninya dan melakukan yang kita bisa dengan sebaik-baiknya agar proses pencapaian cita-cita itu terasa ringan dan terasa let it flow.
“nak, ngapain jadi ****, mending jadi **** aja, kan gajinya gede, dan blablabla…” 
ada juga orang tua yang melarang dan tidak mendukung cita-cita murni dari anaknya. Cita-cita itu tidak bisa dipaksakan! Cita-cita itu datang dari panggilan hati, dari hati. Lingkungan dan peran orang tua sejak kecil adalah elemen utama yang membentuk cita-cita anak ketika dewasa nanti. Jadi kalau ada orang tua yang melarang cita-cita anaknya ketika si anak sudah punya, salahkan si orang tua itu kenapa tidak dibentuk ketika masih kecil dulu seperti yang orang tua mau?

Udah cukup ngelindurnya, diatas itu diambil dari banyak kejadian di lapangan dan pengalaman pribadi. Bukan masalah menentang orang tua, tapi Alhamdulillah orang tua gue mendukung dengan sungguh-sungguh cita-cita yang gue punya dari dulu. Jadi GURU! Ya, jadi guru itu cita-cita gue dari TK dulu. Menurut gue guru itu keren dan blablabla… (*kalo diterusin bisa jadi satu novel) nah mulai masuk SMP gue mulai tertarik dengan dunia Jepang.

“wah, kenapa enggak jadi guru/dosen bahasa Jepang?”

Dulu 3 tahun yang lalu ketika mulai masuk Universitas banyak orang yang bertanya

 “kamu masuk kampus mana?”

“universitas Brawijaya Malang, Alhamdulillah lolos SNMPTN tulis.”

“wah hebat, ambil jurusan apa?”

“jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang, aku pengen jadi guru bahasa Jepang.”

“ooh, kenapa ambil bahasa Jepang? Emang kamu suka Jepang dari apanya? Jepang…?”

“……….:-(”

Saat itu memang gue ga bisa banyak berkata apa-apa, ga bisa jawab pertanyaan dari mereka yang notabene sudah sukses dan berhasil dibandingkan gue yang baru mulai melangkah dan melihat dunia yang sesungguhnya. Bisa gue terima karena mereka itu peduli dengan gue. Mereka perhatian ke gue, meskipun ada juga yang berkata dengan nada miring dan meremehkan.

Apa salahnya punya cita-cita, terlebih lagi, apa salahnya jadi guru bahasa Jepang? Gue gak akan membahas kelebihan dan keunggulan dari guru bahasa Jepang hanya untuk membungkam mereka sesaat, karena semua itu tidak ada gunanya dan sama saja tidak memuaskan. Yang akan kulakukan hanya berusaha dan berusaha, membuktikan bahwa anggapan mereka itu tidak sepenuhnya benar, memuliakan diri sendiri, mencapai cita-cita sendiri, itulah yang gue rasa benar. Daripada sakit hati dengan sindiran mereka, lebih baik gunakan itu sebagai motivasi. Jadi nanti pada saatnya gue telah berhasil tiba gue akan berkata dalam hati kepada mereka yang meremehkan gue.

“nih, liat gue, sekarang gue udah jadi orang. Sekarang gue udah sejajar sama kalian semua, namun tunggu saja ketika gue akan berada di atas kalian.”


------------------------itulah balas dendam sejati yang manis-------------------------

Kesimpulannya:
1.     Hidup itu harus punya tujuan dan cita-cita. Manusia tidak bisa hidup tanpa tujuan, jadi buatlah             tujuan itu sendiri.

2.    Orang tua tidak seharusnya menolak keputusan cita-cita anaknya, tidak pula memaksakan anaknya     harus jadi apa. Orang tua harus mendukung penuh cita-cita anaknya, karena itulah kasih sayang         yang sebenarnya.

3.     Jangan takut dan berkecil hati jika orang-orang menghina cita-citamu. Buktikan dan balikkan hinaan   mereka suatu saat nanti dengan keberhasilan yang kita dapat. 

日本語教師、僕なりの夢だ。どんなことがあっても、必死に頑張って、動力して、       そして   叶ってしまう。
 Nihongo kyoushi, boku nari no yume da. Donna koto ga attemo, hisshi ni gambatte,  douryoku shite,    soshite kanatte shimau.
Guru bahasa Jepang, mimpi yang cocok untukku. Apapun yang terjadi, aku akan berjuang dengan sungguh-sungguh, berusaha, dan akan terwujud.



sumber gambar : Goggle